Sabtu, 18 Juni 2016

Metode Pembayaran Paling Unik di Dunia Modern Saat Ini

https://bermainrajapoker88.wordpress.com/2016/04/11/panduan-cara-bermain-slot-games-joker123/
Di Era modern saat ini berbagai macam transaksi jual beli ataupun perdagangan biasanya dilakukan dengan metode pembayaran yang dilakukan dengan sebuah sarana bantu yang di sebut Uang. Bentuk dari uang ini bermacam-macam mulai dari yang berbentuk kertas, koin maupun yang bersifat digital lewat bantuan kartu kredit.

Sedangkan nilai dari sebuah uang sendiri merupakan suatu sisitem yang sudah diatur sedemikian rupa oleh negara yang menerbitkan uang tersebut. Sistem pembayaran dengan uang ini dinilai lebih memudahkan kehidupan masyarakat modern, namun jauh sebelum sistem pembayaran dengan uang ini, terdapat sebuah sistem pembayaran yang jauh lebih kuno yaitu dengan metode barter.

Metode ini terbilang cukup sederhana yaitu dengan menukar barang maupun jasa dengan nilai yang dianggap sama dalam sebuah transaksi jual beli. Metode ini sudah lama menghilang dari dunia karena dianggap kurang simpel dan agak aneh jika diterapkan di era modern saat ini.
Namun metode ini ternayata masih berlaku di beberapa tempat dan menggunakan hal yang kurang wajar sebagai sarana pembayaran.


Bayar Listrik Dengan Hasil Pertanian & Ternak


Sahabat http//kingpk88.net_ mungkin sebagian dari kalian pernah merasa bahwa sistem pembayaran listrik yang diterapkan oleh Pemerintah saat ini dengan menggunakan voucher listrik merupakan sesuatu yang unik. Namun ternyaja sebelum itu sudah ada metode pembayaran listrik yang jauh lebih unik yaitu dengan menggunakan hasil pertanian dan hewan ternak. Transaksi unik ini terjadi sejak tahun 2011 yang lalu di daerah Probolinggo tepatnya pada empat desa yaitu Desa Andung Biru, Desa Tiril, Desa Sumber Duren, dan Desa Roto.

Sekitar 600 kepala keluarga di ke empat desa ini membayar tagihan listrik mereka setiap bulanya dengan singkong, pisang, ayam, bebek ataupun hasil pertanian lainya. Menurut M.Rosid salah satu warga dari Desa Andung Biru kisah unik di ke empat desa ini bermula pada tahun 1990, ketika itu desa-desa di daerah tersebut selalu gelap gulita ketika malam tiba karena belum terjamah oleh pelayanan listrik.

Oleh karena itu dia dan beberapa warga lainya mulai berinisiatif untuk membuat PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro) dengan swadaya masyarakat. Tapi ketika itu kapasitas listriknya masih sangat kecil hanya mencapai 16 kW dan hanya mampu menerangi beberapa rumah saja.

Sampai pada tahun 2016  PGN (Perusahaan GAs Negara) dan Universitas Brawijaya memberikan bantuan satu unit PLTMH kapasitas 40 kW. Sejak saat itu pula setiap rumah di 4 desa tersebut mendapatkan meteran listrik di rumahnya.

Tetapi untuk membayar tagihanya warga tak perlu mengeluarkan uang, melainkan boleh menggunakan hasil pertanian maupun hewan ternak, selain itu atas kebijakan bersama bagi warga yang kurang mampu tak perlu membayar listrik alias gratis, hal ini juga berlaku bagi rumah ibadah dan sarana pendidikan.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar